MATERI KULIAH
TEORI BAHASA DAN OTOMATA
Oleh :
Muhammad Fajar
2016-31-246
A
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN
JAKARTA
2018
PERTEMUAN I
Teori Bahasa dan Otomata
Buku
Teori Bahasa dan Otomata, Firrar Utdirartatmo
An Introduction to Formal Language and Automata, Peter Linz
Otomata
Arti menurut American Heritage Dictionary:
1. a robot
2. one that behaves in an automatic or mechanical fashion
Arti dalam dunia matematika
Berkaitan dengan teori mesin abstrak, yaitu mesin sekuensial yang menerima input, dan mengeluarkan output, dalam bentuk diskrit.
Contoh :
Mesin Jaja / vending machine
Kunci kombinasi
Parser/compiler
Teori Otomata dan bahasa formal, berkaitan dalam hal :
Pembangkitan kalimat/generation : menghasilkan semua kalimat dalam bahasa L
berdasarkan aturan yang dimilikinya
Pengenalan kalimat / recognition : menentukan suatu string (kalimat) termasuk sebagai salah satu anggota himpunan L.
Bahasa Formal
Suatu kalimat dibentuk dengan menerapkan serangkaian aturan produksi pada sebuah simbol ‘akar’. Proses penerapan aturan produksi dapat digambarkan sebagai suatu diagram pohon.
Teori dasar
Def. 1 sebuah string dengan panjang n yang dibentuk dari himpunan A adalah barisan dari n simbol
a1a2...an ai A Panjang string x dituliskan dengan |x|
Def 2. String kosong (null string), dilambangkan dengan adalah untaian dengan panjang
0 dan tidak berisi apapun. Panjang string x dituliskan dengan |x|
Def 3. dua buah string a = a1a2...am dan b=b1b2...bn dapat disambungkan menjadi string c dengan panjang m+n sebagai berikut c = a1a2...amb1b2...bn
Operasi penyambungan tersebut dapat pula diterapkan pada himpunan
Z=XY = {st | s X tY}
Def 4. (Closure) . An adalah himpunan string dengan panjang n yang dibentuk dari simbol-simbol di himpunan simbol/alfabet A:
Transitif Closure/Kleen Closure adalah himpunan seluruh string yang dapat dibentuk dari
A dengan berbagai panjang
A* = A0 A1 A2 A3 ...
Jika string kosong dikeluarkan , akan diperoleh positive closure
A+ = A1 A2 A3 ...
Tata Bahasa
Aturan yang disebutkan pada proses pengenalan dan pembangkitan kalimat. Secara formal, tata bahasa terdiri dari 4 komponen yaitu :
1. Himpunan berhingga, tidak kosong dari simbol-simbol non terminal T1
2. Himpunan berhingga, dari simbol-simbol non-terminal N
3. Simbol awal S N, yang merupakan salah satu anggota dari himpunan simbol non- terminal.
4. Himpunan berhingga aturan produksi P yang setiap elemennya dituliskan dalam bentuk :
dimana dan adalah string yang dibentuk dari himpunan T N dan harus berisi paling sedikit satu simbol non-terminal.
Keempat komponen tersebut sering dituliskan sbb :
G = (T,N,S,P)
Bahasa yang dihasilkan oleh G ditulis sebagai L(G), yaitu himpunan string yang dapat diturunkan dari simbol awal S dengan menerapkan aturan-aturan produksi yang terdapat pada P.
Aturan Produksi
Aturan produksi yang diterapkan pada suatu string w=ac mengganti kemunculan. menjadi , sehingga string tersebut berubah menjadi w=ac, sehingga dapat dituliskan ac ac (ac memproduksi ac).
Produksi tersebut dapat diterapkan berkali-kali
w1 w2 w3 ... wn
atau dapat dituliskan
w1 * wn
jika minimal harus ada 1 aturan produksi yang diterapkan :
w1 + wn
Contoh 1
Tatabahasa G = {{S} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah
S aSb
S
maka dapat dihasilkan suatu string
S aSb aaSbb aabb sehingga dapat dituliskan
S * aabb
Bahasa yang dihasilkan dari tatabahasa tersebut adalah
L(G) = { , ab, aabb , aaabbb , aaaabbbb, ... }
atau dapat pula dituliskan
L(G) = {anbn | n 0 }
Contoh 2
Tatabahasa G = {{S,A} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah
S Ab
A aAb
A
maka dapat dihasilkan suatu string
S Ab b
S Ab aAbb abb
S Ab aAbb aaAbbb aaAbbb
Bahasa yang dihasilkan dari tatabahasa tersebut adalah
L(G) = { b , abb, aabbb , aaabbbb , aaaabbbbb, ... }
atau dapat pula dituliskan
L(G) = {anbn+1 | n 0 }
Hirarki Bahasa
Kelas
Mesin pengenal
Regular language
Context free language Context sensitive language Unrestricted language
Finite State Automata
Push Down Automata Linear Bounded Automata Turing Machine
Kelas
Ruas kiri
Ruas Kanan
Contoh
Regular N 1 non terminal P abR (paling kiri/kanan) Q abc R Scac
Context free N - P aQb
Q abPRS Context sensitive (TN)+ || || aD Da
AD aCD Unrestricted (TN)+ - CB DB
ADc
NB : Ruas kiri harus memuat simbol non-terminal
Pelajari sendiri Teori Himpunan Relasi dan fungsi Teori Pembuktian Graph dan Tree
PR /Latihan di buku Firrar, bab I
PERTEMUAN II
Finite State Automata (FSA)
model matematika yang dapat menerima input dan mengeluarkan output
Memiliki state yang berhingga banyaknya dan dapat berpindah dari satu state ke state lainnya berdasar input dan fungsi transisi
Tidak memiliki tempat penyimpanan/memory, hanya bisa mengingat state terkini.
Mekanisme kerja dapat diaplikasikan pada : elevator, text editor, analisa leksikal, pencek parity.
0
1
0
1
1
0
1
FA
Contoh pencek parity ganjil
0 0
Genap 1
Ganjil
1
Misal input : 1101
Genap 1 Ganjil 1 Genap 0 Genap 1 Ganjil diterima mesin
Misal input : 1100
Genap 1 Ganjil 1 Genap 0 Genap 0 Genap ditolak mesin
Def 1. Finite State Automata dinyatakan oleh 5 tuple
M=(Q , , , S , F ) Q = himpunan state
= himpunan simbol input
= fungsi transisi : Q
S = state awal / initial state , S Q F = state akhir, F Q
Contoh diatas,
Q = {Genap, Ganjil}
= {0,1} S = Genap
F = {Ganjil }
0
1
Genap
Genap
Ganjil
Ganjil
Ganjil
Genap
atau
(Genap,0) = Genap (Genap,1) = Ganjil (Ganjil,0) = Ganjil (Ganjil,1) = Genap
Jenis FSA
Deterministic Finite Automata (DFA) : dari suatu state ada tepat satu state berikutnya untuk setiap simbol masukan yang diterima
Non-deterministic Finite Automata (NFA) : dari suatu state ada 0, 1 atau lebih state berikutnya untuk setiap simbol masukan yang diterima
Deterministic Finite Automata
Contoh : pengujian parity ganjil.
Contoh lain : Pengujian untuk menerima bit string dengan banyaknya 0 genap, serta banyaknya 1 genap.
0011 : diterima.
10010 : ditolak, karena banyaknya 0 ganjil
Diagram transisi-nya :
1
start q0
1 q1
0 0 0 0
q2 1 q3
1
DFA nya
Q = {q0 , q1 , q2 , q3 }
= {0,1} S = q0
F = { q0}
fungsi transisi
0
1
q0
q2
q1
q1
q3
q0
q2
q0
q3
q3
q1
q2
( q0,011)= ( q2,11) =( q3,1)= q2 Ditolak
( q0,1010)= ( q1,010) =( q3,10)=( q2,0)= q0 Diterima
Contoh lain DFA : Variabel dalam bahasa pascal diawali oleh huruf (besar/kecil),
dan diikuti dengan huruf atau angka.
A..Z,a..z,0..9
start
q0 A..Z,a..z q0
0..9
A..Z,a..z,0..9
q0
Contoh DFA lainnya :
0 1 0,1
q0 1 q1
0 q2
PERTEMUAN III Nondeterministic Finite Automata
Perbedaan dengan NFA: fungsi transisi dapat memiliki 0 atau lebih fungsi transisi
G = ({q0 , q1 , q2 , q3, q4 }, {0,1}, , q0 , { q2 , q4}}
0
1
q0
{ q0,q3}
{q0,q1}
q1
{q2}
q2
{q2}
{q2}
q3
{q4}
q4
{q4}
{q4}
0,1
0,1
0
q0
1
q3 0
q1 1
q4
0,1 q2
String diterima NFA bila terdapat suatu urutan transisi berdasar input, dari state awal ke state akhir.
harus mencoba semua kemungkinan.
Contoh : string 01001
q0 0
q0 1
q0 0
q0 0
q0 1 q0
0 1 0 0 1
q3 q1
q3 q3 q1
0
q4 1 q4
Def 2. Dua buah FSA disebut ekuivalen apabila kedua FSA tersebut menerima bahasa yang sama
Contoh : FSA yang menerima bahasa {an | n0 }
a a
q4 a q4 q4
Def 3. Dua buah state dari FSA disebut indistinguishable (tidak dapat dibedakan)
apabila :
(q,w)F sedangkan (p,w)F dan
(q,w) F sedangkan (p,w) F untuk semua w *
Def 4. Dua buah state dari FSA disebut distinguishable (dapat dibedakan) bila terdapat w * sedemikian hingga:
(q,w)F sedangkan (p,w)F dan
(q,w) F sedangkan (p,w) F untuk semua w *
Prosedur menentukan pasangan status indistinguishable
1. Hapus semua state yang tak dapat dicapai dari state awal.
2. Catat semua pasangan state (p,q) yang distinguishable, yaitu {(p,q) | p F q F}
3. Untuk setiap pasangan (p,q) sisanya,
untuk setiap a , tentukan (p,a) dan (q,a)
Contoh
q1
0
0 0
q0 q2
0
1
q3
1
1 q4
1
0,1
1. Hapus state yang tidak tercapai -> tidak ada
2. Pasangan distinguishable (q0,q4), (q1,q4), (q2,q4), (q3,q4).
3. Pasangan sisanya (q0,q1), (q0,q2), (q0,q3), (q1,q2) (q1,q3) (q2,q3)
5 5!
C 10
Catatan : jumlah pasangan seluruhnya :
Prosedur Reduksi DFA
2
2!3!
1. Tentukan pasangan status indistinguishable.
2. Gabungkan setiap group indistinguishable state ke dalam satu state dengan relasi pembentukan group secara berantai : Jika p dan q indistingishable dan jika q dan r indistinguishable maka p dan r indistinguishable, dan p,q serta r indistinguishable semua berada dalam satu group.
3. sesuaikan transisi dari dan ke state-state gabungan. Contoh
1. pasangan status indistinguishable (q1,q2), (q1,q3) dan (q2,q3).
2. q1,q2,q3 ketiganya dapat digabung dalam satu state q123
3. Menyesuaikan transisi, sehingga DFA menjadi
0 0,1
q0 0,1
q123 1 q4
PR Buku Firrar Bab II nomor 3, 4, 8, 9, 12.
PERTEMUAN IV Ekuivalensi NFA-DFA
Ada apa dengan NFA ? konsep yang sulit diimplemen-tasikan. Komputer sepenuhnya deterministic.
Kenapa dipelajari ? Lebih dekat ke sistem nyata
Contoh : permainan catur, banyak alternatif pada suatu posisi tertentu ->
nondeterministic
Non deterministik dapat menyelesaikan problem tanpa backtrack, namun dapat diekuivalensikan ke DFA.
Algoritma
1. Buat semua state yang merupakan subset dari state semula. jumlah state menjadi 2Q
2. Telusuri transisi state–state yang baru terbentuk, dari diagram transisi.
3. Tentukan state awal : {q0}
4. Tentukan state akhir adalah state yang elemennya mengandung state akhir.
5. Reduksi state yang tak tercapai oleh state awal.
Contoh Ubahlah NFA berikut menjadi DFA M={{q0,q1}, {0,1}, , q0,{q1}} dengan tabel transisi
0
1
q0
{q0,q1}
q1
q1
{}
{q0,q1}
0 1
q0 0,1 q1
1
1. State yang akan dibentuk : {}, {q0} {q1},{q0,q1}
2. Telusuri state
0
1
{}
{}
{}
{q0}
{q0,q1}
{q1}
{q1}
{}
{q0,q1}
{q0,q1}
{q0,q1}
{q0,q1}
3. State awal : {q0}
4. State akhir yang mengandung q1, yaitu {q1},{q0,q1}
{q1}
0
1 0,1
{q0}
1 {}
1
{q0,q1}
Contoh : Ubahlah NFA berikut menjadi DFA M={{q0,q1 ,q2}, {p,r}, , q0,{q1}} dengan tabel transisi
0
1
q0
{q1,q2}
{}
q1
{}
{q0,q1}
q2
{q1}
{q1}
p,r
q0 p q1
r q2
p
1. State yang akan dibentuk : {}, {q0} {q1},{q2}, {q0,q1}, {q0,q2}, {q1,q2}, {q0,q1,q2}
2. Telusuri state:
p
r
{}
{}
{}
{q0}
{q1,q2}
{}
{q1}
{}
{q2}
{q2}
{q1}
{q1}
{q0,q1}
{q1,q2}
{q2}
{q0,q2}
{q1,q2}
{q1}
{q1,q2}
{q1}
{q1,q2}
{q0,q1,q2 }
{q1,q2}
{q1,q2}
3. State awal : {q0}
4. State akhir yang mengandung q1, yaitu {q1},{q1,q2}
5. Reduksi {q0,q1}{q0,q2}{q0,q1,q2 } sehingga FSA menjadi
r
{q0} p
{q1,q2} p
{q1}
r r p
{ } {q2}
p,r
p,r
NFA dengan -move
q0
q1
q2
b b
q3 b q4
Def 1. -move adalah suatu transisi antara 2 status tanpa adanya input. Contoh gambar :
transisi antara status q1 ke q3
Def 2. -closure adalah himpunan state yang dapat dicapai dari suatu state tanpa adanya input. Contoh gambar :
-closure(q0) = [q0,q1,q3]
-closure(q1) = [q1,q3]
-closure(q3) = [q3]
Ekuivalensi NFA dengan -move ke NFA tanpa -move
1. Buat tabel transisi NFA dengan -move
2. Tentukan -closure setiap state
3. Carilah fungsi transisi /tabel transisi yang baru, rumus :
’(state,input)=-closure((-closure(state,input))
4. Tentukan state akhir ditambah dengan state yang -closure nya menuju state akhir, rumusnya
Contoh
F’ = F {q | (-closure(q) F }
q0
q1 a q2
b
q3
Tabel transisi-nya
0
1
q0
q1
q2
q3
q2
q3
-closure dari FSA tersebut
-closure(q0) = [q0,q1]
-closure(q1) = [q1]
-closure(q2) = [q2]
-closure(q3) = [q3]
Cari tabel transisi yang baru (’) :
’
a
b
q0
-cl((-cl(q0),a)) -cl(({q0,q1},a)) -cl(q2)
{q2}
-cl((-cl(q0),b)) -cl(({q0,q1},b)) -cl(q3)
{q3}
q1
-cl((-cl(q1),a))
-cl(({q1},a))
-cl(q2)
{q2}
-cl((-cl(q1),b))
-cl(({q1},b))
-cl(q3)
{q3}
q2
-cl((-cl(q2),a))
-cl(({q3},a))
-cl()
-cl((-cl(q2),b))
-cl(({q2},b))
-cl()
q3
-cl((-cl(q3),a))
-cl(({q3},a))
-cl()
-cl((-cl(q3),b))
-cl(({q3},b))
-cl()
Hasilnya menjadi
a
q2
a
q0 q1
b
b q3
Penggabungan FSA
Bila diketahui L1 adalah bahasa yang diterima oleh M1 dan L2 adalah bahasa yang diterima oleh M2 maka
1. FSA M3 yang dapat menerima L1+L2 dibuat dengan cara
Tambahkan state awal untuk M3, hubungkan dengan state awal M1 dan state
awal M2 menggunakan transisi
Tambahkan state akhir untuk M3, hubungkan dengan state-state akhir M1
dan state-state akhir M2 menggunakan transisi
2. FSA M4 yang dapat menerima L1L2 dibuat dengan cara
State awal M1 menjadi state awal M4
State-state akhir M2 menjadi state-state akhir M4
Hubungkan state-state akhir M1 dengan state awal M2 menggunakan transisi
Contoh FSA M1 dan M2
0
qA0
1 qA1
1
qB0
1 qB1
0
FSA M3
0
qA0
qS
qB0
1 qA1
1 qF
1 qB1
0
FSA M4
0 1
qA0
1 qA1
qB0
1 qB1
0
PR, Buku firrar
bab 3 nomor 5 dan 6 bab 4 nomor 1 dan 4
PERTEMUAN V Ekspressi reguler
Bahasa disebut reguler jika terdapat FSA yang dapat menerimanya.
Bahasa reguler dinyatakan secara sederhana dengan ekspresi reguler/regular expression (RE).
Contoh penerapan : searching string pada file
RE -> NFA dengan Move -> DFA
Definisi ekspresi reguler
Jika merupakan himpunan simbol, maka
1. , , dan a adalah ekspresi reguler dasar
2. jika r dan t masing masing merupakan ekspresi reguler maka komposisi berikut merupakan ekspresi reguler :
Ekspresi
Makna
r+t
rt r* (r)
himpunan string gabungan RT
operasi penyambungan string thd himpunan
Kleene closure dari R
r
Contoh ekspresi reguler
(0+1)* : himpunan seluruh string yang dapat dibentuk dari simbol ‘0’ dan ‘1’
(0+1)*00(0+1)* : himpunan string biner yang mengandung paling sedikit satu substring ‘00’
(0+1)*00 : himpunan string biner yang diakhiri dengan ‘00’
Bahasa Reguler
Apabila r adalah RE, maka L(r) adalah bahasa reguler yang dibentuk menggunakan ekspressi reguler r.
Contoh
Tentukan bahasa reguler yang dibentuk oleh r=(aa)*
Jawab
L(r)
=
L( (aa)* )
=
=
{ , aa, aaaa, aaaaaa, ... }
{ a2n | n 0 }
menyatakan himpunan string a dengan jumlah genap
Tentukan bahasa reguler yang dibentuk oleh r=(aa*)(bb)*b
Jawab
Tentukan ekspresi reguler pembentuk bahasa pada = {0,1}, yaitu
L(r) = { w * | w memiliki substring ‘00’ }
Jawab
r = (0+1)*00(0+1)*
Tentukan ekspresi reguler pembentuk bahasa pada = {a,b}, yaitu
L(r) = { abnw | n 3 , w {a , b}+ }
Jawab
r = abbb(a+b)(a+b)*
Latihan :
1. Carilah seluruh string pada L((a+b)*b(a+ab)*) dengan panjang string kurang dari 4.
2. Tentukan ekspresi reguler pembentuk bahasa pada = {a,b,c}, yaitu
a. L(r) = { w * | w memiliki tepat sebuah simbol ‘a’ }
b. L(r) = { w * | w mengandung tepat 3 buah simbol ‘a’}
c. L(r) = { w * | w mengandung kemunculan masing masing simbol minimal satu kali}
3. Tentukan ekspresi reguler pembentuk bahasa pada = {0,1}, yaitu a. L(r) = { w * | w diakhiri dengan string 01 }
b. L(r) ={ w * | w tidak diakhiri dengan string 01 }
c. L(r) ={ w * | w mengandung simbol ‘0’ sebanyak genap }
d. L(r) ={ w * | kemunculan string ’00’ pada w sebanyak kelipatan 3 }
4. Tentukan ekspresi reguler pembentuk bahasa pada = {a,b}, yaitu L(r) = { w * | |w| mod 3 = 0 }
Sifat Bahasa Reguler
Tertutup terhadap operasi himpunan sederhana
Jika L1 dan L2 adalah bahasa reguler, maka L1L2,
L1 L2, L1L2, ~(L1) dan L1* adalah bahasa reguler juga
Tertutup terhadap homomorphic image.
Jika L1 adalah bahasa reguler, maka homomorphic image h(L1) adalah bahasa reguler juga.
Dimisalkan dan adalah alfabet, maka fungsi homomorphic dinyatakan dengan
h :
jika w = a1 a2 ... an
maka h(w) = h(a1) h(a2 ) ... h(an)
Jika L adalah bahasa pada maka homomorphic image bahasa L adalah
h(L)= { h(w) | wL}
Contoh
Dimisalkan = {a,b} dan = {a,b,c} dan didefinisikan h(a) = ab dan h(b) =bbc homomorphic image bahasa L = {aa,aba } adalah
h(L)= { abab, abbbcab}
Dimisalkan = {a,b} dan = {b,c,d} dan didefinisikan h(a) = dbcc dan h(b)
=bdc
homomorphic image bahasa L(r) yang dibentuk dari ekspresi reguler r = (a+b*)(aa)*
adalah h(L(r)) yang dibentuk dengan ekspresi reguler r = (dbcc + (bdc)*) (dbccdbcc)*
Hubungan RE dan NFA
Setiap RE ada satu NFA dengan -move yang ekuivalen
Konversi ekspresi reguler ke FSA
rt
q0 qf
s R f s T f
R R T T
r*
q s R f q
0 R R f
Contoh : Tentukan FSA untuk ekspresi reguler :
1. 01
2. 0+11
3. 01*+1
4. (0+1*)*
PR
Buku firrar bab V nomor 4 dan 8
PERTEMUAN VI
DFA dan Tatabahasa Reguler
Tatabahasa Linier kiri dan linier kanan
Suatu tatabahasa G (T,N,S,P) disebut linier kiri jika seluruh aturan produksinya berbentuk
A xB
A x
dengan A, B N dan x T*
Suatu tatabahasa G (T,N,S,P) disebut linier kiri jika seluruh aturan produksinya berbentuk
A Bx
A x
dengan A, B N dan x T*
Tatabahasa reguler bila bersifat linier kiri atau linier kanan.
Contoh 1
Tatabahasa G = {{S} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah S abS |a adalah tatabahasa linier kanan /reguler
Tatabahasa G = {{S, S1,S2 } , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah
S S1ab S1 S1ab | S2 S2 a adalah tatabahasa linier kiri /reguler
Tatabahasa G = {{S, A, B} , {a,b}, S , P } dengan aturan produksi P adalah
S A A aB | B Ab adalah bukan tatabahasa reguler
Konversi DFA ke tatabahasa linier
Setiap DFA dapat diubah menjadi tatabahasa yang memiliki aturan produksi yang linier. Aturan pengubahan ini adalah sebagai berikut :
setiap transisi status (A,a)=B diubah menjadi aturan produksi A aB
setiap status akhir P diubah menjadi aturan produksi P
Contoh FSA berikut
q0
q1 a q2
b
q3
Tatabahasa linier untuk FSA tersebut yaitu G = ({a,b}, {S,S1,S2,S3},S, P ) dengan aturan produksi P adalah :
S S1
S1 aS2
S2 bS3
S3
Konversi tatabahasa linier ke DFA
setiap aturan produksi A aB diubah menjadi transisi status (A,a)=B
setiap aturan produksi A a diubah menjadi (A,a)=SF
untuk a T* dengan |a|>1 dapat dibuat state tambahan
setiap aturan produksi A B diubah menjadi (A,)=B Contoh
tatabahasa G = ({a,b},{V0,V1}, V0, P ) dengan P : V0 aV1
V1 abV0 | b
Mesin FSA nya menjadi
V0 a
V1 b Vf
b a
PR / Latihan buku firrar bab 6 nomor 2,3,4,5
Pertanyaan mendasar tentang bahasa reguler
1. Apakah terdapat suatu algoritma untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu suatu string pada bahasa L ?
Jawab : YA, dengan menggunakan FSA.
2. Apakah terdapat suatu algoritma untuk menentukan suatu bahasa reguler kosong, finite atau infinite ?
Jawab : YA
dengan DFA, jika terdapat lintasan dari simpul start ke simpul Final, maka bahasa tersebut tidak kosong.
Cari simpul simpul yang membentuk siklus. Jika terdapat lintasan dari simpul start ke simpul Final yang melalui simpul yang membentuk siklus, maka bahasa tersebut infinite. Jika tidak, maka bahasa tersebut finite.
Penerapan ekspresi reguler
Digunakan untuk memerinci unit-unit leksikal sebuah bahasa pemrograman
(token).
contoh ekspresi reguler ‘bilangan real positif’ (0+1+...+9)(0+1+...+9)*.(0+1+...+9) (0+1+...+9)* contoh ekspresi reguler ‘bilangan bulat’
(‘+’ + ’-‘ + ) (0+1+...+9)(0+1+...+9)*
Editor text
Pumping lemma
Apabila suatu bahasa merupakan bahasa reguler maka akan dapat diterima oleh mesin
DFA M=(Q,,,q0,F), dengan sejumlah state n.
Apabila string w dengan |w| n diinputkan dalam DFA, maka pasti ada simpul k dalam
DFA yang dikunjungi lebih dari satu kali.
Apabila string diantara simpul k yang sama tersebut ‘dipompa’, maka sisanya pasti masih diterima oleh DFA tersebut.
Contoh
Bahasa yang menerima ekspresi reguler 0(10)*11
q0 0
q1 1
q3 1 q4
0 1
q2
Ambil string wL , dengan |w| n: w= 01011 q0 0 q1 1 q2 0 q1 1 q3 1 q4
simpul q1 dikunjungi 2 kali.
string diantara simbol q1 tersebut ‘dipompa’ keluar
q0 0 q1 1 q3 1 q4
string 011 tersebut masih dapat diterima oleh FSA.
Secara formal
Misal L adalah sebuah bahasa reguler infinite, maka terdapat sebuah konstanta n dengan sifat bahwa jika w adalah sebuah string dalam L yang panjangnya lebih besar atau sama dengan n maka kita bisa menulis w=uvx sedemikian sehingga uvix L untuk
semua i 0. dengan |v|1 dan |uv|n . Notasi matematisnya
z L z
n
u, v, wz uvw uv
n v
1 iuvi w L
L n z
Penjelasan
Mengidentifikasi sifat yang harus dimiliki oleh suatu bahasa reguler.
Cara untuk menentukan apakah sebuah bahasa tidak reguler
Untuk memperlihatkan bahwa suatu bahasa infinite tidak reguler, maka kita tunjukkan bahwa untuk nilai n yang cukup besar, sekurang-kurangnya satu untai yang panjangnya n atau lebih besar gagal untuk dapat ‘dipompa’.
Contoh :
L = {ai^2 | i1}
{a1, a4,a9, a16, ...}
{a , aaaa , aaaaaaaaa , aaaaaaaaaaaaaaaa, ... }
Suatu string dalam L harus mempunyai panjang yang berupa nilai kuadrat (1,4,9,16, ..., n2, ...)
Misal bahwa L adalah bahasa reguler.
Perhatikan bahwa terdapat sebuah nilai n sedemikian sehingga an^2 L, Menurut pumping lemma dapat kita tuliskan an^2 =uvx, sedemikian hingga
1 |v| n
(i) (uviw L)
karena |v|1 maka jelas bahwa
|uvw|<|uv2w|<|uv2w|< ... ambil i=2 maka kita dapatkan
n2 = |uvw| < |uv2w| n2 + n < (n+1)2
Jelas
n2 < |uv2w| < (n+1)2
Panjang |uv2w| bukan merupakan kuadrat sempurna, karena berada diantara 2 nilai kuadrat sempurna yang berurutan.
berarti uv2w L
Jadi disimpulkan bahwa L = {ai^2 | i1} bukan merupakan bahasa reguler.
PERTEMUAN VII FSA dengan Output
FSA : accepter, dapat menerima atau tidak. FSA dengan output : transducer
1. Mesin Moore :output berasosiasi dengan state
2. Mesin Mealy :output berasosiasi dengan transisi
Mesin Moore
M = (Q,,,S,,) Q : himpunan state
: himpunan simbol input
: fungsi transisi
S : state awal S Q
: himpunan output
: fungsi output untuk setiap state
Contoh mesin moore untuk memperoleh modulus 3 pada suatu bilangan biner: M = (Q,,,S,,)
Q : q0,q1,q2
: [0,1] S : q0
: [0,1,2] (q0) =0 (q1) =1 (q2) =2
Prinsip:
jika i diikuti dengan 0, maka hasilnya 2i
1012 =5 10102 = 2*5 =10
jika i diikuti dengan 1, maka hasilnya 2i+1
1012=5 10112 = 2*5+1 =11
jika i/3 mempunyai sisa p, maka untuk input berikutnya bernilai 0 maka
2i/3 mempunyai sisa 2p mod 3 untuk p=0 maka 2p mod 3 = 0 untuk p=1 maka 2p mod 3 = 2 untuk p=2 maka 2p mod 3 = 1
jika i/3 mempunyai sisa p, maka untuk input berikutnya bernilai 1 maka
(2i+1)/3 mempunyai sisa (2p+1) mod 3 untuk p=0 maka (2p+1) mod 3 = 1
untuk p=1 maka (2p+1) mod 3 = 0 untuk p=2 maka (2p+1) mod 3 = 2
Sehingga didapat mesin FSA sbb :
0 1
q0/0 1
q1/1 0
q2/2
1 0
Contoh :
input 5 (1012) , state terakhir q2/2 , 5 mod 3 = 2 input 10 (10102) , state terakhir q1/1 , 10 mod 3 = 1
Mesin Mealy
M = (Q,,,S,,) Q : himpunan state
: himpunan simbol input
: fungsi transisi
S : state awal S Q
: himpunan output
: fungsi output untuk setiap transisi
Contoh mesin Mealy untuk mendeteksi ekspresi reguler
(0+1)*(00+11)
Jawab
M = (Q,,,S,,) Q : q0,q1,q2
: [0,1] S : q0
: [0,1,2] (q0,0) =T (q0,1) =T (q1,0) =Y (q1,1) =T (q2,0) =T (q2,1) =Y
0/T
0/Y
q1
q0 1/T
0/T
1/T
q2
1/Y
Ekuivalensi mesin Moore dengan mesin Mealy
Mesin Moore ke mesin Mealy
Jml state = jml state sebelum * jml output
1
1
q0T 0
q1T 0
q2T
0
0 1
0 1
q0Y
q1Y q2Y
0 1
Mesin Mealy ke mesin Moore Menambah label output pada transisi Menghapus label output pada state
0/0 1/2
q0 1/1
q1 0/2 q2
1/0
0/1
Contoh kasus
Tentukan FSA dari rangkaian sirkuit berikut ini. Asumsi bahwa terdapat waktu yang cukup untuk perambatan sinyal menuju kondisi yang stabil.
y1
F
input x
y2
Kelereng dijatuhkan dari A atau B. Percabangan x1,x2 dan x3 menentukan saluran mana yang akan dilewati kelereng (kiri / kanan). Ketika percabangan dilewati, kelereng berikutnya akan melewati dengan saluran berbeda. Buatlah FSA nya
A B
X1 X2
X3
C D
Latihan :
buku Firrar bab 7
PR.
Buatlah mesin Mealy dan Moore untuk proses membaca input (0+1)* :
Jika input berakhir dengan 101, outputnya A
Jika input berakhir dengan 110, outputnya A
Jika yang lainnya , 8outputnya C
PERTEMUAN VIII Tata Bahasa Bebas Konteks
Motivasi awal :
deskripsi bahasa alami
<kalimat> <subjek> <predikat>
<subjek> <kata benda>
<predikat> <kata kerja>
<kata benda> kucing
<kata kerja> berlari
<kata kerja> menyapu
Contoh kalimat yang dapat dihasilkan kucing berlari
kucing menyapu (sintaks yes, semantik no)
Dalam tatabahasa bebas konteks
Ruas kiri dari aturan produksi terdiri dari SATU simbol non terminal
Ruas kanan dapat berupa string yang dibentuk dari simbol terminal dan non terminal
Contoh
S aSb |
Kalimat-kalimat yang dibangkitkan dari aturan produksi itu adalah ,ab,aabb,aaabbb,... , anbn
Contoh
A 0A0
A 1A1
Aa
Kalimat-kalimat yang dibangkitkan dari aturan produksi itu adalah a,01a10, 1001a1001 ,
110a011 aR
Contoh
S aSb | SS |
Bahasa yang dihasilkan oleh tatabahasa dengan aturan produksi di atas adalah :
L = {w (a + b)* |na(w) =nb(w) }
Leftmost dan Rightmost Derivation
Suatu penguraian /penurunan dikatakan leftmost derivation bila setiap tahapan penurunan variabel / non terminal terkiri yang diuraikan. Apabila setiap tahapan penurunan variabel
/ non terminal paling kanan yang diuraikan disebut rightmost derivation
Contoh 1
G=({A,B,S}, {a,b},S,P} dengan aturan produksi P : S AB
A aaA |
BBb |
Menspesifikasikan bahasa
L(G) = {a2nbm | n0 , m0}
Leftmost derivation untuk menghasilkan string aab
S AB aaAB aaB aaBb aab
Righmost derivation untuk menghasilkan string aab
S AB ABb aaABb aaAb aab
Contoh 2
G=({A,B,S}, {a,b},S,P} dengan aturan produksi P : S aAB
A bBb
B A |
Leftmost derivation untuk menghasilkan string abbbb
S aAB abBbB abAbB abbBbbB
abbbbB abbbb
Righmost derivation untuk menghasilkan string aab
S aAB aA abBb abAb abbBbb abbbb
Pohon urai
Untuk menampilkan penguraian, dapat dilakukan dengan membentuk pohon urai
(sayangnya, urutan penguraian tidak terlihat) . Contoh pohon urai pada contoh sebelumnya :
S
a A B
b B b A
b B b
Parsing dan Keanggotaan
Untuk menentukan apakah string w berada di L(G), dengan cara secara sistematis membangun semua kemungkinan penurunan, dan mencocokkan hasilnya apakah ada yang sama dengan string w. (disebut exhaustive search parsing)
contoh menentukan apakah string ab berada pada bahasa yang dibentuk oleh grammar dengan aturan produksi
S SS | aSb | bSa |
Untuk penguraian pertama
1. S SS
2. S aSb
3. S bSa
4. S
Penguraian nomor 3 dan 4 tidak perlu dilanjutkan. Penguraian 1 membentuk
Penguraian 2 membentuk
1a. S SS SSS 2a. S aSb aSSb
1b. S SS aSbS 2b. S aSb aaSbb
1c. S SS bSaS 2c. S aSb abSab
1d. S SS S 2d. S aSb ab
Ambiguitas pada Tatabahasa dan Bahasa
Tatabahasa bebas konteks G disebut ambigu jika terdapat beberapa w L(G) yang mempunyai paling sedikit dua buah pohon penurunan
Contoh pada tatabahasa dengan aturan produksi
S SS | aSb |
string aabb mempunyai 2 pohon penurunan :
S
S S S
a S b
a S b
a S b
a S b
Pumping Lemma untuk bahasa bebas konteks
Jika suatu rangkaian simbol /string yang cukup panjang yang merupakan sebuah bahasa bebas konteks, maka kita dapat menemukan dua substring yang jaraknya berdekatan yang jika dipompa, string baru yang diperoleh merupakan bahasa bebas konteks juga.
Secara formal, lemma diatas dinyatakan dengan
z L z
L n z
n
z uvwxy
vwx
n vx
1
u, v, w, x, y
i i
i uv wx y L
syarat “ kedua lokasi berdekatan” dinyatakan dengan kondisi |vwx| n
Jika salah satu v atau x diambil sebagai string kosong, maka lemma diatas berubah menjadi lemma untuk bahasa reguler
Contoh tatabahasa dengan aturan produksi
S uAy A vAx A w
maka aturan derivasinya
S uAy uwy
S uAy uvAxy uvwxy
S uAy uvAxy uvvAxxy uvvwxxy sehingga untuk setiap i 0 , uviwxiy L
Sifat sifat tertutup bahasa bebas konteks
Gabungan dua CFL merupakan CFL juga
Jika diketahui dua buah CFG G1= (N1,T1,S1,P1) dan G2=(N2,T2,S2,P2) yang menghasilkan bahasa L1 dan L2 , maka CFG L1 L2 dapat dibentuk dengan cara
:
1. menggabungkan kedua himpunan dan menambahkan satu simbol variabel baru S
2. menggabungkan kedua himpunan simbol terminal
3. menggabungkan kedua himpunan aturan produksi dan menambahkan satu aturan produksi baru
S S1|S2 yang digunakan untuk memilih salah satu simbol awal S1 atau S2
dari simbol awal baru S
G3 = (N1N2{S},T1T2 ,S,P1P2 {SS1|S2}}
Penyambungan dua CFL merupakan CFL juga
Jika diketahui dua buah CFG G1= (N1,T1,S1,P1) dan G2=(N2,T2,S2,P2) yang menghasilkan bahasa L1 dan L2 , maka bahasa L1L2 dapat dibentuk oleh : G4 = (N1N2{S},T1T2 ,S,P1P2 {SS1S2}}
Klosure Kleene dari CFL adalah CFL juga.
Klosure Kleene dari tatabahasa G=(N,T,S1,P) adalah
G5 = (N {S} , T , S , P {S S1S | } ) Latihan
G(L1) = ( {S , A , B}, {a,b} , S , P ) dengan P : S AB |
A aB
B Sb
G(L2) = ( {S , A , B}, {a,b} , S , P ) dengan P : S aaB
A bBb |
B aA Bagaimanakah :
a. CFG G(L1 L2)
b. CFG G(L1L2)
c. CFG G(L1*)
Bahasa bebas konteks tertutup terhadap substitusi
Contoh
La = {0 n1n | n 1 } dan Lb = { wwR | w (0+2)* }
dihasilkan oleh tatabahasa Ga dengan aturan produksi
Sa 0Sa1 | 01
serta tatabahasa G2 dengan aturan produksi
Sb 0Sb0 | 2Sb2 |
Didefinisikan tatabahasa G dengan aturan produksi
S aSbS | bSaS |
jika f adalah substitusi f(a)= La dan f(b) = Lb maka
f(L) adalah bahasa yang dihasilkan oleh tatabahasa dengan aturan produksi
S SaSSbS | SbSSaS |
Sa 0Sa1 | 01
Sb 0Sb0 | 2Sb2 |
Tatabahasa Bebas Konteks dan Bahasa Pemrograman
Tatabahasa bebas konteks digunakan untuk mendefinisikan sintaks bahasa pemrograman
Menggunakan notasi BNF (Backus-Naur Form)
variabel / non terminal : <...>
terminal : tanpa tanda
diganti dengan ::=
Contoh statemen if then else
< if_statement> ::= if <expression>
<then_clause>
<else_clause>
PERTEMUAN IX PENYEDERHANAAN
TATA BAHASA BEBAS KONTEKS
Tujuan
Melakukan pembatasan sehingga tidak menghasilkan pohon penurunan yang memiliki kerumitan yang tidak perlu atau aturan produksi yang tidak berarti.
Contoh 1:
S AB | a
Aa
Aturan produksi S AB tidak berarti karena B tidak memiliki penurunan
Contoh 2 : SA AB BC CD
D a | A
Memiliki kelemahan terlalu panjang jalannya padahal berujung pada S a,
produksi D A juga menyebabkan kerumitan.
Cara Penyederhanaan:
1. Penghilangan produksi useless ( tidak berguna )
2. Penghilangan produksi unit
3. Penghilangan produksi ε
Penghilangan Produksi Useless
Di sini produksi useless didefinisikan sebagai :
Produksi yang memuat symbol variabel yang tidak memiliki penurunan yang akan menghasilkan terminal-terminal seluruhnya.
Produksi yang tidak akan pernah dicapai dengan penurunan apapun dari simbol awal, sehingga produksi itu redundan ( berlebih )
Contoh :
S aSa | Abd | Bde
A Ada
B BBB | a
Maka
1) Simbol variabel A tidak memiliki penurunan yang menuju terminal, sehingga bisa dihilangkan
2) Konsekuensi no (1), aturan produksi S Abd tidak memiliki penurunan
Penyederhanaan menjadi: SaSa | Bde
B BBB | a
Contoh :
S Aa | B Aab | D B b | E C bb
E aEa
Maka :
1) Aturan produksi A D, simbol variabel D tidak memiliki penurunan.
2) Aturan produksi C bb, Penurunan dari simbol S, dengan jalan manapun tidak akan pernah mencapai C
3) Simbol variabel E tidak memiliki aturan produksi yang menuju terminal
4) Konsekuensi no (3) Aturan produksi B E, simbol variabel E tidak memiliki penurunan.
maka produksi yang useless: A D
C bb
E aEa
B E Penyederhanaannya menjadi:
S Aa | B A ab
B b
Contoh :
S aAb | cEB A dBE | eeC B ff
C ae
D h
Analisa :
1) Aturan produksi S cEB, A dBE dapat dihilangkan ( E tidak memiliki penurunan)
2) Aturan produksi D h, redundan
Sisa aturan produksi
S aAb A eeC B ff
C ae
Analisis lagi
B ff juga redundan, Hasil penyederhanaan menjadi:
S aAb A eeC C ae
Contoh lain lagi : S aB
A bcD | dAC B e | Ab
C bCb | adF | ab
F cFB Analisis
1) Aturan produksi A bcD, variabel D tidak memiliki penurunan
2) Konsekuensi no (1), simbol variabel A tidak memiliki penurunan yang menuju terminal (tinggal A dAC)
3) Konsekuensi no (2), B Ab tidak memiliki penurunan
4) Simbol variabel F tidak memiliki penurunan yang menuju terminal
5) Konsekuensi no (4), C adF tidak memiliki penurunan
Setelah disederhanakan menjadi: S aB
B e
C bCb | ab
Contoh lain lagi : S aBD
B cD | Ab
D ef A Ed F dc
Analisa
1) Aturan produksi A Ed, E tidak memiliki penurunan
2) Aturan produksi F dc, redundan
Sisa aturan produksi: S aBD
B cD | Ab
D ef
Analisa lagi
B Ab, A tidak memiliki penurunan. Hasil penyederhanaan:
Contoh lagi:
S Abc | ab
S aBD B cD D ef
A AAA | ε
Aturan produksi setelah disederhanakan:
S Abc | ab
A AAA | ε
Ingat A ε juga harus diperhitungkan
PRINSIP
Setiap kali melakukan penyederhanaan diperiksa lagi aturan produksi yang tersisa, apakah semua produksi yang useless sudah hilang.
Penghilangan Produksi Unit
Produksi dimana ruas kiri dan kanan aturan produksi hanya berupa satu simbol variabel, misalkan: A B, C D.
Keberadaannya membuat tata bahasa memiliki kerumitan yang tak perlu.
Penyederhanaan dilakukan dengan melakukan penggantian aturan produksi unit.
Contoh:
S Sb S C C D C ef
D dd
Dilakukan penggantian berturutan mulai dari aturan produksi yang paling dekat menuju ke penurunan terminal-terminal (‘=>’ dibaca ‘menjadi’):
C D => C dd
S C => S dd | ef
Sehingga aturan produksi setelah penyederhanaan: S Sb
S dd | ef
C dd C ef C dd
Contoh lain:
S A
S Aa A B B C B b
C D C ab D b
Penggantian yang dilakukan :
C D => C b
B C => B b | ab, karena B b sudah ada, maka cukup dituliskan B ab
A B => A ab | b
S A => ab | b
Sehingga aturan produksi setelah penyederhanaan: S ab | b
S Aa
A ab | b
B ab B b C b C ab D b
Contoh lagi:
S Cba | D A bbC
B Sc | ddd
C eAn | f | C D E | SABC E gh
Penggantian yang dilakukan:
D E menjadi D gh
C C , kita hapus
S D menjadi S gh | SABC
Sehingga aturan produksi setelah penyederhanaan: S Cba | gh | SABC
A bbC
B Sc | ddd
C eA | f
D gh | SABC E gh
Penghilangan Produksi ε
Produksi ε adalah produksi dalam bentuk
α ε
atau bisa dianggap sebagai produksi kosong ( empty ). Penghilangan produksi ε dilakukan dengan melakukan penggantian produksi yang memuat variabel yang bisa menuju produksi ε, atau biasa disebut nullable.
Prinsip penggantiannya bisa dilihat kasus berikut: S bcAd
A ε
A nullable serta A ε satu-satunya produksi dari A, maka variabel A bisa ditiadakan, hasil penyederhanaan tata bahasa bebas konteks menjadi:
S bcd
Tetapi bila kasusnya:
S bcAd
A bd | ε
A nullable, tapi A ε bukan satu-satunya produksi dari A, maka hasil penyederhanaan:
S bcAd | bcd
A bd
Contoh lagi, terdapat tata bahasa bebas konteks: S Ab | Cd
A d
C ε
Variabel yang nullable adalah variabel C. Karena penurunan C ε merupakan penurunan satu-satunya dari C, maka kita ganti S Cd menjadi S d. Kemudian produksi C ε kita hapus.
Setelah penyederhanaan menjadi: S Ab | d
A d
Contoh lain lagi:
S dA | Bd
A bc
A ε
B c
Variabel yang nullable adalah variabel A. A ε bukan penurunan satu-satunya dari A ( terdapat A bc ), maka kita ganti S dA menjadi S dA | d.A ε kita hapus.
Setelah penyederhanaan : S dA | d | Bd
A bc
B c
Contoh tata bahasa bebas konteks: S AaCD
A CD | AB B b | ε
C d | ε
D ε
Variabel yang nullable adalah variabel B, C, D. Kemudian dari A CD, maka variabel A juga nullable ( A ε ). Karena D hanya memilki penurunan D ε, maka kita sederhanakan dulu:
S AaCD => S AaC
A CD => A C
D ε kita hapus
Selanjutnya kita lihat variabel B dan C memiliki penurunan ε, meskipun bukan satu-satunya penurunan, maka dilakukan penggantian:
A AB => A AB | A | B
S AaC => S AaC | aC | Aa | a
B ε dan C ε kita hapus
Setelah penyederhanaan: S AaC | aC | Aa | a
A C | AB | A | B B b
C ε
Variabel yang nullable adalah A, B, C. Dari S AB, maka S juga nullable. Kita lakukan penggantian:
A aCa => A aa
B bA => B bA | b
B BB => B BB | B
A abB => A abB | ab
S AB => S AB | A | B | ε
C ε, B ε, A ε dihapus
*Perhatikan untuk penggantian S AB kita tetap mempertahankan S ε, karena S merupakan simbol awal. Ini merupakan satu-satunya perkecualian produksi ε yang tidak dihapus, yaitu produksi ε yang dihasilkan oleh simbol awal.
Hasil akhir dari penyederhanaan: S AB | A | B | ε
A abB | ab | aa
B bA | b | BB | B
Contoh tata bahasa bebas konteks: S aAb
A aAb | ε
Hasil penyederhanaan: S aAb | ab
A aAb | ab
Contoh tata bahasa bebas konteks: S ABaC
A BC B b | ε C D | ε D d
Hasil penyederhanaan:
S ABaC | BaC | AaC | ABa | aC | Aa | Ba | a
A B | C | BC B b
C D D d
Prakteknya ketiga penyederhanaan tersebut dilakukan bersama pada suatu tata bahasa bebas konteks, yang nantinya menyiapkan tata bahasa bebas konteks tersebut untuk diubah kedalam suatu bentuk normal Chomsky.
Urutan penghapusan aturan produksi :
1) Hilangkan produksi ε
2) Hilangkan produksi unit
3) Hilangkan produksi useless
Contoh :
S AA | C | bd
A Bb | ε B AB | d C de
Hilangkan produksi ε, sehingga menjadi: S A | AA | C | bd
A Bb
B B | AB | d
C de
Selanjutnya penghilangan produksi unit menjadi: S Bb | AA | de | bd
A Bb
B AB | d
C de
Penghilangan produksi unit bisa menghasilkan produksi useless. Terakhir dilakukan penghilangan produksi useless:
S Bb | AA | de | bd
A Bb
B AB | d
Hasil akhir aturan produksi tidak lagi memiliki produksi ε, produksi unit, maupun produksi useless.
PERTEMUAN X BENTUK NORMAL CHOMSKY
Pengertian Bentuk Normal Chomsky
Bentuk normal Chomsky / Chomsky Normal Form (CNF) merupakan salah satu bentuk normal yang sangat berguna untuk tata bahasa bebas konteks ( CFG ). Bentuk normal Chomsky dapat dibuat dari sebuah tata bahasa bebas konteks yang telah mengalami penyederhanaan yaitu penghilangan produksi useless, unit, dan ε. Dengan kata lain, suatu tata bahasa bebas konteks dapat dibuat menjadi bentuk normal Chomsky dengan syarat tata bahasa bebas kontesk tersebut:
Tidak memiliki produksi useless
Tidak memiliki produksi unit
Tidak memiliki produksi ε
Aturan produksi dalam bentuk normal Chomsky ruas kanannya tepat berupa sebuah terminal atau dua variabel. Misalkan:
A BC A b B a
C BA | d
Pembentukan Bentuk Normal Chomsky
Langkah-langkah pembentukan bentuk normal Chomsky secara umum sebagai berikut:
Biarkan aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Chomsky
Lakukan penggantian aturan produksi yang ruas kanannya memuat simbol terminal dan panjang ruas kanan > 1
Lakukan penggantian aturan produksi yang ruas kanannya memuat > 2 simbol variabel
Penggantian-penggantian tersebut bisa dilakukan berkali-kali sampai akhirnya semua aturan produksi dalam bentuk normal Chomsky
Selama dilakukan penggantian, kemungkinan kita akan memperoleh aturan-aturan produksi baru, dan juga memunculkan simbol-simbol variabel baru
Bisa dilihat tahapan-tahapan tersebut pada gambar 10.1
Biarkan yg sudah CNF
Penggantian simbol terminal pada a.p, dg ruas kanan > 1
Buat variabel dan a.p, baru bila perlu
CNF
Penggantian a.p, dengan simbol variabel > 2
Tahapan-tahapan pembentukan bentuk normal Chomsky
Contoh, tata bahasa bebas konteks ( kita anggap tata bahasa bebas konteks pada bab ini sudah mengalami penyederhanaan ):
S bA | aB
A bAA | aS | a
B aBB | bS | b
Aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Chomsky:
A a
B b
Dilakukan penggantian aturan produksi yang belum bentuk normal Chomsky
(‘=>’ bisa dibaca berubah menjadi):
S bA => S P1A S aB => S P1B
A bAA => S P1AA => A P1P3
A aS => A P2S
B aBB => B P2BB => B P2P4
B bS => B P1S
Terbentuk aturan produksi dan simbol variabel baru:
P1 b
P2 a
P3 AA
P4 BB
Hasil akhir aturan produksi dalam brntuk normal Chomsky :
A a
B b
S P1A S P2B A P1P3
A P2S B P2P4
B P1S P1 b P2 a
P3 AA P4 BB
Contoh, tata bahasa bebas konteks:
S aB | CA A a | bc
B BC | Ab
C aB | b
Aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Chomsky :
S CA A a
B BC C b
Penggantian aturan produksi yang belum dalam bentuk normal Chomsky:
S aB => S P1B A bc => S P2P3
B Ab => B A P2
C aB => C P1B
Terbentuk aturan produksi dan simbol variabel baru: P1 a
P2 b
P3 c
Hasil akhir aturan produksi dalam bentuk normal Chomsky :
S CA A a
B BC
C b
S P1B S P2P3
B A P2
C P1B
P1 a
P2 b
P3 c
Contoh, tata bahasa bebas konteks :
S aAB | ch | CD A dbE | eEC
B ff | DD
C ADB | aS D i
E jD
Aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Chomsky :
S CD B DD D i
Penggantian aturan produksi: S aAB => S P1P2
S ch => S P3P4
A dbE => A P5P6
A eEC => A P8P9
B ff => B P10P10
C ADB => C AP11
C aS => C P1S
E jD => E P12D
Terbentuk aturan produksi baru: P1 a
P2 AB
P3 c
P4 h
P5 d
P6 P7E
P7 b
P8 e
P9 EC
P10 f P11 DB P12 j
Hasil akhir dalam bentuk normal Chomsky:
S CD B DD D i
S P1P2
S P3P4
A P5P6
A P8P9
B P10P10
C AP11
C P1S
E P12D
P1 a
P2 AB
P3 c
P4 h
P5 d
P6 P7E
P7 b
P8 e
P9 EC
P10 f
P11 DB
P12 j
Algoritma CYK untuk Tata Bahasa Bebas Konteks
Algoritma CYK merupakan algoritma parsing dan keanggotaan ( membership) untuk tata bahasa bebas konteks. Algortima ini diciptakan oleh J. Cocke, DH. Younger, dan T. Kasami. Syarat untuk penggunaan algortima ini adalah tata bahasa harus berada dalam bentuk normal Chomsky . Obyektif dari algortima ini adalah untuk menunjukkan apakah suatu string dapat diperoleh dari suatu tata bahasa.
Algoritma CYK sebagai berikut:
begin
1) for i:= 1 to n do
2) Vi1 := {A| A a aturan produksi dimana simbol ke- i adalah a };
3) for j:= 2 to n do
4) for i:= 1 to (n-j+1) do begin
5) Vij:=Ø;
6) for k:=1 to (j – 1) do
7) Vij:= Vij υ ( A | A BC adalah suatu produksi, dimana B di Vik dan C di Vi+k,j-k }
end
end
Penjelasan:
n = panjang untai yang akan diperiksa, missal : untuk untai ‘ada’, n = | ada | =3
i akan menyatakan kolom ke-
j akan menyatakan baris ke-
tahapan no (1) dan (2) untuk mengisi table baris pertama kolom 1 – n
no (3), interasi dari baris ke- 2 sampai n
no (4), interasi untuk mengisi kolom 1 sampai ( n – baris + 1) pada suatu baris.
no (5) inisialisasi Vij dengan Ø
no (6) dan no (7), interasi untuk memeriksa mana saja yang menjadi anggota Vij
S ):
Kita lihat contoh kasus, dimana terdapat tata bahasa bebas konteks ( simbol awal
S AB | BC A BA | a
B CC | b
C AB | a
Periksalah apakah untai ‘baaba’ termasuk kedalam bahasa tersebut
Pertama – tama kita akan membuat tabel untuk Vij ( Vkolom,baris ) sebagai berikut :
b
a
a
b
a
i
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Tabel diatas kita gunakan unruk mempermudah kita dalam menyelesaikan persoalan, i akan menyatakan kolom, j akan menyatakan baris.
Kita ketahui n = 5. Dari Algoritma langkah (1) dan (2) kita bisa mengisi baris pertama pada tabel, sebagai berikut:
Untuk V11, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘b’, dari B b kita isi
V11= {B}
Untuk V21, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A a dan C a kita isi V21{A,C}
Untuk V31, kita periksa varibel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A a dan C a kita isi V31={A,C}
Untuk V41, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘b’, dari B b kita isi
V41={B}
Untuk V51, kita periksa variabel yang bisa menurunkan’a’, dari A a dan C A
kita isi V51={A,C}
Dari hasil tersebut kita bisa tabel :
b
a
a
b
a
i
1
2
3
4
5
1
B
A,C
A,C
B
A,C
2
3
4
5
Selanjutnya kita akan mengisi baris ke-2 sampai n sebagai berikut
Pada baris ke -2 ( k =1 )
Untuk V12, periksa Vik- Vi+k, j-k, berarti V11-V21, yaitu B-A,C, variabel yang bisa menurunkan BA atau BC adalah S dan A, maka V12 kita isi {S, A}
Untuk V22, periksa Vik – Vi+k, j-k, berarti V21-V31, yaitu A,C-A,C, variabel yang bisa menurunkan AA, AC, CA, atau CC adalah B maka V22 kita isi {B}
Untuk V32, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V31-V41 yaitu A, C-B, variabel yang bisa menurunkan AB atau CB adalah S dan C, maka V12 kita isi {S, C}
Untuk V42, periksa Vik-Vi+k, j-k berarti V41-V51, yaitu A,C-B, variabel yang bisa menurunkan AB atau CB adalah S dan C, maka V12 kita isi {S,A}
Dari hasil tersebut kita bisa mengisi tabel:
b
a
a
b
a
i
1
2
3
4
5
1
B
A,C
A,C
B
A,C
2
S,A
B
S,C
S,A
3
4
5
Pada baris ke –3 (k = 1 sampai 2):
Untuk V13, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V22 & V12-V31, yaitu B-B & S,A-A,C, variabel yang bisa menurunkan BB, SA,SC,AA, atau AC adalah tidak ada, maka V13 kita isi
Untuk V23, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V21-V32 & V22-V41, yaitu A,C-S,C & B-B,
variabel yang bisa menurunkan AS, AC, CS, CC, atau BB adalah B , maka V23
kita isi {B}
Untuk V33, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V31-V42 & V32-V51, yaitu A,C-S,A & S,C- A,C variabel yang bisa menurunkan AS, AA, CS, CA, SA, SC, CA, atau CC adalah B, maka V33 kita isi {B}
Dari hasil tersebut kita bsa mengisi tabel:
b
a
a
b
a
i
1
2
3
4
5
1
B
A,C
A,C
B
A,C
2
S,A
B
S,C
S,A
3
B
B
4
5
Pada baris ke –4 ( k = 1 sampai 3):
Untuk V14, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V23 & V12-V32 & V13-V41, yaitu B-B & S,A-S,C & -B, variabel yang bisa menurunkan BB, SS, SC, AS AC adalah tidak ada, maka V14 kita isi
Untuk V24, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V21-V33 & V22-V42 & V23-V51, yaitu A,C-B
& B-S,A & B-S,A & B-A,C, variabel yang bisa menurunkan AC, AB, BS, BA,
BC adalah S, C, A, maka V24 kita isi {S,A,C}
Dari hasil tersbut kita bisa mengisi tabel:
b
a
a
b
a
i
1
2
3
4
5
1
B
A,C
A,C
B
A,C
2
S,A
B
S,C
S,A
3
B
B
4
S,A,C
5
Pada baris ke –5 ( k = 1 sampai 4 )
Untuk V15, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V24 & V12-V33 & V13-V42 & V14-V51 yaitu B-S,A,C & S,A-B & -S,A & -A,C, variabel yang bisa menurunkan BA, BC, SA, SC, SB, atau AB adalah A,S,C maka V15 kita isi {S,A,C}
Dari hasil tersbut kita bisa mengisi tabel:
b
A
a
b
a
i
1
2
3
4
5
1
B
A,C
A,C
B
A,C
2
S,A
B
S,C
S,A
3
B
B
4
S,A,C
5
S,A,C
Perhatikan , syarat suatu untai dapat diturunkan dari simbol awal, V1n memuat simbol awal. Terlihat pada tabel, simbol awal S termuat di V15, maka untai ‘baaba’ dapat diturunkan oleh tata bahasa tersebut.
Kita bisa mencoba-coba untuk membuat pohon penurunan dari untai ‘baaba’, Kita lihat untuk contoh lain, terdapat tata bahasa bebas konteks:
S AB | b A BA | a B AS | b
Periksalah apakah untai ‘aaab’ termasuk ke dalam bahasa tersebut
Pertama-tama kita akan membuat tabel untuk Vij ( Vkolom, baris) sebagai berikut:
a
a
a
b
i
1
2
3
4
1
2
3
4
Kita ketahui n = 4. Dari algoritma langkah (1) dan(2) kita bisa mengisi baris pertama pada tabel, sebagai berikut:
Untuk V11, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A a kita isi V11
= {A}
Untuk V21, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A a kita isi V21
= {A}
Untuk V31, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘a’, dari A a kita isi V31
= {A}
Untuk V41, kita periksa variabel yang bisa menurunkan ‘b’, dari B b dan S b kita isi V41 = {S,B}
Dari haisl tersebut kita bisa mengisi tabel:
a
a
a
b
i
j
Selanjutnya kita akan mengisi baris ke –2 sampai n sebagai berikut: Pada baris ke –2 (k = 1) :
Untuk V12, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V21, yaitu A-A, variabel yang bisa menurunkan AA adalah tidak ada, maka V12 kita isi
Untuk V22, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V21-V31 ,yaitu A-A, variabel yang bisa
menurunkan AA adalah tidak ada, maka V22 kita isi
Untuk V32, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V31-V41 ,yaitu A,S-B, variabel yang bisa
menurunkan AS atau AB adalah S dan B, maka V32 kita isi {S,B}
Dari hasil tersebut kita bisa mengisi tabel:
a
a
a
b
i
j
Pada baris ke –3 (k = 1 sampai 2)
Untuk V13, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V22 & V12-V31, yaitu A- & -A, variabel yang bisa menurunkannya adalah tidak ada, maka V13 kita isi
Untuk V23, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V21-V32 & V22-V41, yaitu A-SB & -SB, variabel yang bisa menurunkan AS atau AB adalah S dan B, maka V23 kita isi
{S,B}
Dari hasil tersebut kita bisa mengisi tabel:
a
a
a
b
i
j
Pada baris ke –4 (k = 1 sampai 3):
Untuk V14, periksa Vik-Vi+k, j-k, berarti V11-V23 & V12-V32 & V13-V41, yaitu A-SB
& -SB, variabel yang bisa menurunkan AS atau AB adalah S dan B, maka V14
kita isi {S,B}
Dari hasil tersebut kita bisa mengisi tabel:
a
a
a
b
i
j
Terlihat pada tabel, simbol awal S termuat di V14, maka untai ‘aaab’ dapat diturunkan oleh tata bahasa tersebut.
S
A
B
B A
C
C
B A B
B a
a
b
Pohon penurunan untuk untai ‘baaba’
PERTEMUAN XI PENGHILANGAN REKURSIF KIRI
Aturan Produksi Rekursif
Aturan Produksi yang rekursif memilki ruas kanan (hasil produksi) yang memuat simbol variabel pada ruas kiri. Sebuah aturan produksi dalam bentuk:
A βA
merupakan aturan produksi yang rekursif kanan
β=(VT)* atau kumpulan simbol variabel dan terminal
Contoh aturan produksi yang rekursif kanan: S dS
B adB
Produksi dalam bentuk:
A Aβ
Merupakan aturan produksi yang rekursif kiri, contohnya: S Sd
B Bad
Produksi yang rekursif kanan menyebabkan pohon penurunan tumbuh ke kanan, sebaliknya Produksi yang rekursif kiri menyebabkan pohon penurunan tumbuh ke kiri. Bisa dilihat pohon penurunanpada gambar 11.1 dari tata bahasa bebas konteks dengan aturan produksi:
S aAc
A Ab | ε
S
a A c
A b
A b
A b
Gambar 11.1 Pohon penurunan sebuah CFG yang rekursif kiri
Dalam banyak penerapan tata bahasa, rekursif kiri tak diinginkan. Untuk menghindari penurunan yang bisa mengakibatkan loop kita perlu menghilangkan sifat rekursif kiri dari aturan produksi. Penghilangan rekursif kiri disini memungkinkan suatu tata bahasa bebas konteks nantinya diubah ke dalam bentuk normal Greibach.
Tahapan Penghilangan Rekursif Kiri
Langkah-langkah penghilangan rekursif kiri:
Pisahkan aturan produksi yang rekursif kiri dan yang tidak, misal: Aturan produksi yang rekursif kiri:
A Aα1 | Aα2 | Aα3 | ....... Aαn
Aturan produksi yang tidak rekursif kiri (termasuk produksi ε): A β1 | β2 | β3 | ........ βm
Dari situ kita bisa tentukan α1, α2, .... αn, dan β1, β2, .... βm dari setiap aturan
produksi yang memiliki simbol ruas kiri yang sama
Lakukan penggantian aturan produksi yang rekursif kiri, menjadi sebagai berikut:
1) A β1Z | β2Z | .... βmZ
2) Z α1 | α2 | α3 | .... αn
3) Z α1Z | α2Z | α3Z | .... αnZ
Penggantian diatas dilakukan untuk setiap aturan produksi dengan simbol ruas kiri yang sama. Bisa muncul simbol variabel baru Z1, Z2 dan seterusnya, sesuai banyaknya variabel yang menghasilkan produksi yang rekursif kiri.
Hasil akhir berupa aturan produksi pengganti ditambah dengan aturan produksi semula yang tidak rekursif kiri.
Tahapan-tahapan tersebut bisa dilihat pada Gambar berikut
CFG mengan d
Aturan produksi
Aturan
d k i
Lakukan penggantian
lk
CFG bebas d i
Gambar 11.2 Tahapan penghilangan rekursif kiri
Contoh, tata bahasa bebas konteks:
S Sab | aSc |dd | ff | Sbd
Pertama-tama kita lakukan pemisahan aturan produksi
Aturan produksi yang rekursif kiri:
S Sab | Sbd
Dari situ kita tentukan:
Untruk simbol ruas kiri S: α1=ab, α2=bd
Aturan produksi yang tidak rekursif kiri:
S aSc | dd | ff
Dari situ kita dapatkan:
Untuk simbol ruas kiri S: β1=aSc, β2=dd, β3=ff
Kita lakukan penggantian aturan produksi yang rekursif kiri: Untuk yang memiliki simbol ruas kiri S:
S Sab | Sbd, digantikan oleh: i. S aScZ1 | dd Z1 | ffZ1 ii. Z1 ab | bd
iii. Z1 abZ1 | bd Z1
Hasil akhir setelah penghilangan rekursif kiri adalah: S aSc | dd | ff
S aScZ1 | dd Z1 | ffZ1
Z1 ab | bd
Z1 abZ1 | bd Z1
*Pada kasus diatas S adalah satu-satunya simbol variabel yang menghasilkan produksi rekursif kiri.
Contoh lain, terdapat tata bahasa bebas konteks: S Sab | Sb | cA
A Aa | a | bd
Pertama-tama kita lakukan pemisahan aturan produksi
Aturan produksi yang rekursif kiri:
S Sab | Sb
A Aa
Dari situ kita tentukan:
Untuk simbol ruas kiri S: α1= ab, α2 =b
Untuk simbol ruas kiri A: α1 = a
Aturan produksi yang tidak rekursif kiri:
S cA
A a | bd
Dari situ kita dapatkan
Untuk simbol ruas kiri S: β1 = cA
Untuk simbol ruas kiri A: β1 = a, β2 = bd
Kita lakukan penggantian aturan produksi yang rekursif kiri: Untuk yang memiliki simbol ruas kiri S:
S Sab | Sb, digantikan oleh:
i. S cAZ1
ii. Z1 ab | b
iii. Z1 abZ1 | bZ1
Untuk yang memiliki simbol ruas kiri A : A Aa, digantikan oleh:
i. A a Z2 | bdZ2
ii. Z2 a
iii. Z2 a Z2
Hasil akhir setelah penghilangan rekursif kiri adalah: S cA
A a | bd
S cAZ1
Z1 ab | b
Z1 abZ1 | bZ1
A a Z2 | bdZ2
Z2 a
Z2 a Z2
*Perhatikan bahwa penghilangan rekursif kiri memunculkan simbol variabel baru, dan aturan produksi baru yang rekursif kanan.
Contoh lain, terdapat tata bahasa bebas konteks: S Sa |aAc | c | ε
A Ab | ba
Pertama-tama kita lakukan pemisahan aturan produksi
Aturan produksi yang rekursif kiri:
S Sa
A Ab
Dari situ kita tentukan:
Untuk simbol ruas kiri S: α1 = a
Untuk simbol ruas kiri A: α1 = b
Aturan produksi yang tidak rekursif kiri:
S aAc | c | ε
A ba
Dari situ kita dapatkan
untuk simbol ruas kiri S:β1 = aAc, β2= c, β3 = ε
untuk simbol ruas kiri A: β1 = ba
*Perhatikan produksi ε termasuk produksi yang tidak rekursif kiri
Kita lakukan penggantian aturan produksi yang rekursif kiri: Untuk yang memilki simbol ruas kiri S:
S Sa, digantikan oleh:
i. S aAcZ1 | cZ1 | Z1
ii. Z1 a
iii. Z1 a Z1
Untuk yang memiliki simbol ruas kiri A: A Ab, digantikan oleh:
i. A ba Z2
ii. Z2 b
iii. Z2 bZ2
Hasil akhir setelah penghilangan rekursif kiri adalah: S aAc | c | ε
S aAcZ1 | cZ1 | Z1
A ba
A ba Z2
Z1 a
Z1 a Z1
Z2 b
Z2 b Z2
PERTEMUAN 12
BENTUK NORMAL GREIBACH
Pengerian Bentuk Normal Greibach
Bentuk normal Greibach merupakan bentuk normal yang memiliki banyak konsekuensi teoritis dan prkatis. Dalam bentuk normal Greibach kita membatasi posisi munculnya terminal-terminal dan variabel-variabel. Suatu tata bahasa bebas konteks (CFG) dikatakan dalam bentuk normal Greibach / Greibach Normal Form, selanjutnya kita sebut sebagai GNF, jika setiap aturan produksinya ada dalam bentuk:
A aα
a:simbol terminal (tunggal), a ε T
α: rangkaian simbol-simbol variabel (V*)
Atau dengan kata lain, suatu tata bahasa bebas konteks dalam bentuk normal Greibach bila hasil produksinya (ruas kanan) diawali dengan satu simbol terminal, slanjutnya bisa diikuti oleh rangkaian simbol variabel. Contoh tata bahasa bebas konteks dalam bentuk bentuk normal Greibach:
S a | aAB A aB
B cS
Untuk dapat diubah ke dalam bentuk normaol Greibach, tata bahasa semula haru memenuhi syarat:
Sudah dalam bentuk normal Chomsky
Tidak bersifat rekursif kiri
Tidak menghasilkan ε
Terdapat dua cara pembentukan bentuk normal Greibach , yaitu melalui substitusi dan perkalian matriks. Pada bagian berikutnya kita membahasa kedua cara tersebut.
12.2. Pembentukan Bentuk Normal Greibach dengan Substitusi
Secara umum langkah-langkah untuk mendapatkan bentuk normal Greibach :
1. Tentukan urutan simbol-simbol variabel yang ada dalam tata bahasa. Misalkan terdapat m variabel dengan urutan A1, A2, ...., Am
2. Berdasarkan urutan simbol yang ditetapkan pada langkah (1) seluruh aturan produksi yang ruas kanannya diawali dengan simbol variabel dapat dituliskan dalam bentuk
Ah Ai γ
dimana h <> i (rekrusif kiri sudah dihilangkan), γ bisa berupa simbol-simbol
variabel
a. Jika h < i, aturan produksu ini sudah benar ( tidakperlu diubah)
b. Jika h > i, aturan produksi belum benar. Lakukan substitusi berulang-ulang terhadap Ai (ganti Ai pada produksi ini dengan ruas kanan produksi dari variabel Ai ) sehingga suatu saat diperoleh produksi dalam bentuk
Ah Ap γ (dimana h p )
i) Jika h = p , lakukan penghilangan rekursif kiri
ii) Jika h < p, aturan produksi sudah benar
3. Jika terjadi penghilangan rekursif kiri pada tahap (2b), sejumlah simbol variabel baru yang muncul dari operasi ini dapat disisipkan pada urutan variabelsemula dimana saja asalkan ditempatkan tidak sebelum Ah (di kiri)
4. Setelah langkah (2) & (3) dikerjakan maka aturan-aturan produksi yang ruas
kanannya dimulai simbol variabel sudah berada dalam urutan yang benar
Ax Ay ( di mana x < y )
Produksi-produksi yang lain ada dalam bentuk:
Ax a ( a = simbol terminal ) Bx
( B2 = simbol variabel baru yang akan muncul sebagai akibat dari operasi penghilangan rekursif kiri )
5. Bentuk normal Greibach diperoleh dengan cara melakukan substitusi mundur mulai dari variabel Am, lalu Am-1, Am-2, ..... Dengan cara ini aturan produksi dalam bentuk Ax Ay dapat diubah sehinga ruas kanannya dimulai dengan simbol terminal.
6. Produksi dalam bentuk Bx juga dapat diubah dengan cara substitusi seperti pada langkah (5)
Contoh (tata bahasa bebas konteks sudah dalam bentuk normal Chomsky dan memenuhi syarat untuk diubah ke bentuk normal Greibach), simbol awal adalah S:
S CA A a | d B b
C DD D AB
Kita tentukan urutan simbol variabel, misalnya S, A, B, C, D (S<A<B<C<D).
*Perhatikan urutan tersebut boleh anda tentukan sendiri, buatlah urutan sedemikian sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya
Kita periksa aturan produksi yang simbol pertama pada ruas kanan adalah simbol variabel, apakah sudah memenuhi ketentuan urutan variabel:
S CA ( sudah memenuhi aturan karena S<C)
C DD (sudah memenuhi karena C<D)
D AB (tidak memenuhi, karena D>A)
Yang belum memenuhi urutan yang telah kita tentukan adalah: D AB, karena ruas kiri > simbol pertama pada ruas kanan. Maka kita lakukan sibstitusi pada simbol variabel A, aturan produksi menjadi:
D aB | dB
Setelah semua aturan produksi sudah memenuhi ketentuan urutan variabel, kita lakukan substitusi mundur pada aturan produksi yang belum dalam bentuk normal Greibach (‘=>’ dibaca ‘menjadi’):
C DD => C aBD | dBD
S CA => S aBDA | dBDA
*Perhatikan substitusi mundur dimulai dari aturan produksi yang memiliki ruas kiri dengan urutan variabel paling akhir ( kasus di atas:S<A<B<C<D, maka C lebih dulu disubstitusikan daripada S )
Hasil akhir aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Greibach : S aBDA | dBDA
A a | d
B b
C aBD | dBD D aB | dB
*Perhatikan : setiap substitusi kita lakukan pada simbol variabel pertamapada ruas kanan
( pada aturan produksi yang belum bentuk normal Greibach tentunya ).
Prinsipnya:
Biarkan aturan produksi yang sudah dalam bentuk normal Greibach
Tentukan pengurutan simbol variabel, berdasarkan kondisi aturan produksi yang ada buatlah urutan sedemikian sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya. Mulailah terlebih dahulu dari seimbol awal.
Lakukan perubahan pada aturan produksi yang belum memenuhi ketentuan urutan tersebut dan bila perlu selama proses itu bisa dilakukan substitusi dan penghilangan rekursif kiri
Lakukan substitusi mundur sedemikian rupa sehingga semua aturan produksi akan diawali dengan tepat sebuah simbol terminal. Proses substitusi mundur dimulai dari aturan produksi dengan urutan paling akhir.
Lakukan substitusi mundur juga pada aturan produksi baru yang muncul sebagai hasil penghilangan rekursif kiri.
Contoh lain (simbol awal A): A BC
B CA | b
C AB | a
Kita tentukan urutan simbol: A,B,C ( A<B<C )
A BC ( sudah memenuhi karena A<B) B CA (sudah memenuhi karena B<C)
C AB (padahal C > A sehingga harus diubah)
Pengubahan C AB:
C AB => C BCB => C CACB | bCB
Untuk C CACB lakukan penghilangan rekursif kiri menjadi
C bCBZ1 | aZ1
Z1 ACB
Z1 ACBZ1
Kita lihat seluruh hasil produksi dari variabel C, sudah dalam bentuk normal
Greibach:
C bCBZ1 | aZ1 | bCB | a
Setelah semua aturan produksi sudah memenuhi ketentuan urutan variabel, kita laukan substitusi mundur:
B CA => B bCBZ1A | aZ1A | bCBA | aA
A BC => A bCBZ1AC | aZ1AC | bCBAC | aAC | bC
Selanjutnya lakukan pula substitusi pada aturan produksi dengan variabel baru yang terbentuk (pada contoh ini Z1):
Z1 ACB => Z1 bCBZ1ACCB | aZ1ACCB | bCBACCB | aACCB | bCCB
Z1 ACBZ1 => Z1 bCBZ1ACCBZ1 | aZ1ACCBZ1 | bCBACCBZ1 | aACCBZ1
| bCCBZ1
Hasil akhir aturan produksi dalam bentuk bentuk normal Greibach:
A bCBZ1AC | aZ1AC | bCBAC | aAC | bC | B bCBZ1A | aZ1A | bCBA | aA | B
C bCBZ1 | aZ1 | bCB | a
Z1 bCBZ1ACCB | aZ1ACCB | bCBACCB | aACCB | bCCB
Z1 bCBZ1ACCBZ1 | aZ1ACCBZ1 | bCBACCBZ1 | aACCBZ1 | bCCBZ1
Komentar
Posting Komentar